Selamat datang di Blog "Majapahit Nusantara"

Laksamana Mpu Nala, Panglima Angkatan Laut Majapahit

1komentar

Kekuatan armada laut kerajaan Majapahit pada waktu itu (1350 - 1389 A.D) cukup ditakuti di wilayah Asia. Armada laut kerajaan Majapahit telah dilengkapi dengan peralatan perang yang cukup canggih di masanya (meriam Cet-Bang), selain kapal-kapal laut yang dikenal dengan sebutan Jung Majapahit (jung Jawa).

Tahun 1339-1341 / Seluruh Nusantara bagian barat berturut-turut diserang dan ditaklukkan armada Kerajaan Majapahit pimpinan Laksamana Nala. Dimulai dengan menghancurkan Kerajaan Pasai, selanjutnya menuju Jambi dan Palembang. Kemudian mereka menaklukkan Langkasuka, Kelantan, Kedah, Selangor, Tumasik (Singapura). Selanjutnya armada Majapahit mendarat di Tanjungpura, menundukkan Sambas, Banjarmasin, Pasir, dan Kutai.

Majapahit Nusantara

Uraian tentang penaklukan-penaklukan tersebut dapat diketemukan dalam buku karangan W.P Groeneveldt, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, compiled from Chinese sources. VBG XXXIX, 1880. Cetak ulang : Historical Notes on Indonesia and Malaya. Bhatara, Jakarta, 1960 yang berisikan catatan-catatan atau berita Cina dari Dinasti Ming.

Berita Cina dari Dinasti Ming (buku di atas pada halaman 69) menyatakan bahwa pada tahun 1377, Suwarnabhumi diserbu oleh tentara Jawa. Putera mahkota Suwarnabhumi tidak berani naik tahta tanpa bantuan dan persetujuan kaisar Cina, karena takut kepada Raja Jawa. Kaisar Cina lalu mengirim utusan ke Suwarnabhumi untuk mengantarkan Surat Pengangkatan, namun di tengah jalan dicegat oleh tentara Jawa dan dibunuh. Meskipun demikian Kaisar Cina tidak mengambil tindakan balasan terhadap Raja Jawa, karena mengakui bahwa tindakan balasan tidak dapat dibenarkan. Sebab utama serbuan tentara Jawa pada tahun 1377 tersebut adalah pengiriman utusan ke Cina di luar sepengetahuan Raja Jawa yang telah dilakukan oleh Raja Suwarnabhumi pada tahun 1373. Pengiriman utusan tersebut dipandang sebagai pelanggaran terhadap status negara Suwarnabhumi yang sebenarnya adalah negara bawahan Majapahit.

Tarikh penundukan negara Suwarnabhumi oleh kerajaan Majapahit diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 1350, keruntuhan negara Suwarnabhumi tersebut menyebabkan keruntuhan daerah-daerah bawahannya di Sumatera dan di Semenanjung Tanah Melayu ke dalam kekuasaan Majapahit. Adapun negara bawahan Suwarnabhumi tersebut adalah : 1. Pahang ; 2. Trengganu ; 3. Langkasuka ; 4. Kelantan ; 5. Woloan ; 6. Cerating ; 7. Paka ; 8. Tembeling ; 9. Grahi ; 10. Palembang ; 11. Muara Kampe ; 12. Lamuri, hampir semuanya disebut dalam daftar daerah-daerah bawahan Majapahit dalam Negarakretagama pupuh XIII dan XIV. Daftar itu menyebut juga nama-nama daerah bawahan lainnya. Rupanya Palembang dijadikan batu loncatan bagi tentara Majapahit untuk menundukkan daerah-daerah lainnya di sebelah Barat pulau Jawa (Prof. Dr. Slametmulyana, Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya, Bhratara Karya Aksara, Jakarta, 1979. hal. 142-143).

Selanjutnya dalam buku yang sama dikatakan pula :
Namun di daerah-daerah ini tidak diketemukan piagam sebagai bukti adanya kekuasaan Majapahit. Hikayat-hikayat daerah, yang ditulis kemudian, menyinggung adanya hubungan antara pelbagai daerah dan Majapahit dalam bentuk dongengan, tidak sebagai catatan sejarah khusus. Dongengan-dongengan itu menunjukkan sekadar kekaguman terhadap keagungan Majapahit.
Sejarah Melayu (Sejarah Melayu, edisi Shellabear, Kisah II) mencatat dongengan tentang kejayaan serbuan Tumasik oleh tentara Majapahit berkat belot seorang pegawai kerajaan yang bernama Rajuna Tapa. Konon sehabis peperangan Rajuna Tapa kena umpat sebagai balasan khianatnya, berubah menjadi batu di sungai Singapura, rumahnya roboh, dan beras simpanannya menjadi tanah. Dongengan itu mengingatkan serbuan Tumasik oleh tentara Majapahit di sekitar tahun 1350, karena Tumasik termasuk salah satu pulau yang harus ditundukkan dalam program politik Gajah Mada dan tercatat dalam daftar daerah bawahan Majapahit dalam Negarakretagama pupuh XIII.

Mengenai penundukan beberapa tempat di Tanjung Pura atau Kalimantan terdapat pemberitaannya dalam Sejarah Dinasti Ming (tersebut dalam buku di atas, hal. 112 - 113) yang kiranya dapat dipercaya seperti berikut ini :
Kaisar mengeluarkan pengumuman tentang pengangkatan Hiawang sebagai raja Pu-Ni untuk menggantikan ayahnya. Hiawang dan pamannya konon memberitahukan bahwa kerajaannya setiap tahun mempersembahkan upeti sebanyak 40 kati kapur barus kepada Raja Jawa. Mereka mohon agar kaisar suka mengeluarkan pengumuman tentang pembatalan upeti itu, agar upeti itu dapat dikirim ke istana kaisar ...........................
Dalam waktu 7 tahun setelah dikumandangkan “Sumpah Palapa”, seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitarnya sudah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Armada Majapahit dengan kekuatan 40.000 prajurit menjadi sesuatu kekuatan dahsyat tak ada tandingannya di Asia Tenggara ketika itu di masa kejayaan Majapahit. Dengan demikian, Nusantara bagian barat sepenuhnya sudah bersatu di bawah panji kerajaan Majapahit, kecuali Kerajaan Sunda.

Tahun 1343 / Bali diserang dan berhasil ditaklukkan Kerajaan Majapahit. Serangan oleh armada Kerajaan Majapahit ini di bawah komando Mahapatih Gajah Mada. Tahun 1343 / Mahapatih Gajah Mada dibantu oleh Laksamana Nala memimpin armada laut Majapahit dengan kekuatan 3.000 prajurit menuju wilayah timur Nusantara untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang bersikap dingin atau mencoba melepaskan diri. Kerajaan itu antara lain: Bali, Lombok, Sumbawa, Seram, Sulawesi, Dompo. Seluruh wilayah timur Nusantara telah disatukan, termasuk Pulau Irian, Sanggir Talaud, sampai Kepulauan Filipina Selatan. Pasukan kekuatan Majapahit tidak semuanya berasal dari pusat pemerintahan. Namun, hampir dua per tiga justru berasal dari Kerajaan Melayu dan gabungan beberapa dari kerajaan di wilayah Jawa yang sudah mengakui kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Konon rahasia kekuatan laut Majapahit sejak jaman Gajah Mada yaitu terletaknya pimpinan yang dipegang oleh Mpu Nala sebagai panglima tertinggi. Mpu Nala dalam membangun kekuatan laut yang tersohor kala itu, beliau menemukan sejenis pohon raksasa yang dirahasiakan lokasinya, untuk membangun kapal-kapal Majapahit yang berukuran besar di masa itu.

Persenjataan kapal-kapal Majapahit berupa meriam Jawa (Cet-Bang). Konon Gajah Mada kecil pernah diasuh oleh tentara Mongol yang dikirim Kublai Khan menyerbu Jawa guna membalas penghinaan yang dilakukan oleh Prabu Kertanegara mencoreng-coreng wajah utusan Tiongkok yang menuntut agar Singosari tunduk di bawah kekuasaan Tiongkok. Gajah Mada diajarkan oleh pengasuhnya orang Mongol itu mengenai prinsip senjata api sederhana.

Majapahit Nusantara
Jenis : Senjata Api
Nama : Meriam Kapal CETBANG
Era : Kerajaan Majapahit, abad ke-14
Koleksi :
THE METROPOLITAN MUSEUM OF ART, 1000 5th Avenue, New York, NY – USA
Period: Majapahit period (1296–1520)
Date: ca. 14th century
Culture: Indonesia (Java)
Medium: Bronze
Dimensions: L. 37 7/16 in. (95.2 cm)
Classification: Metalwork
Credit Line: Gift of Mr. and Mrs. Martin Lerner, in honor of Professor Samuel Eilenberg, 1986
Accession Number: 1986.503


Selanjutnya Gajah Mada mengembangkan senjata api itu untuk mempersenjatai kapal-kapal perang Majapahit ciptaan Mpu Nala yang istimewa itu, hingga mampu merajai wilayah di perairan Selatan (Nan Yang).

Keturunan Mpu Nala terus melanjutkan kepemimpinan militer Majapahit. Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya apalagi militer laut sudah demikian parah dalam melakukan tindak korupsi di wilayah kekuasaan masing-masing, sehingga rakyat tidak lagi menghormati kekuasaan pemerintahan pusat. Dan menurunkan wibawa Majapahit di kalangan kerajaan taklukannya.
Di masa kehancuran itu Mpu Nala II tidak segemilang pendahulunya. Sehingga seperti yang terjadi kemudian, kekuatan laut yang tersohor di Nan Yang itu saling bertempur satu kapal dengan kapal yang lain.

Salah satu kisah peperangan Empu Nala :
Tahun 1350, Laksamana Nala mengadakan ekspedisi ke Nansarunai dengan menyamar sebagai nahkoda kapal dagang. Di Nansarunai ia memakai nama samaran Tuan Penayar dan bertemu dengan Raja Raden Anyan, bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas, serta Ratu Dara Gangsa Tulen.

Laksamana Nala sangat kagum melihat begitu banyak barang-barang terbuat dari emas murni, ketika ia dipersilahkan untuk melihat-lihat perlengkapan pesta adat di ruangan tempat bermusyawarah. Yang sangat dikagumi oleh Laksamana Nala, ialah sokoguru balai adat yang terbuat dari emas murni juga dimana dibagian atasnya bermotif patung manusia.

Setelah kembali ke Majapahit, Laksamana Nala berpendapat, untuk menundukkan Nansarunai, harus dicari kelemahan Raja Raden Anyan yang mempunyai kharisma kuat. Pada pelayanan berikutnya, Laksamana Nala membawa serta seorang panglima perangnya yang bernama Demang Wiraja dengan memakai nama samaran Tuan Andringau, serta beberapa prajurit dari suku Kalang. Hasil pengamatan Demang Wiraja dilaporkan kepada Laksamana Nala.

Demikianlah pada awal tahun 1356, Laksamana Nala datang lagi ke Nansarunai dengan membawa serta istrinya bernama Damayanti. Sewaktu kembali ke Majapahit, sengaja Laksamana Nala membiarkankan isterinya tinggal di Nansarunai. Damayanti berwajah sangat cantik dan pribadinya menarik.

Pada tahun 1356 itu, terjadi kemarau panjang, sehingga Raja Raden Anyan secara kebetulan bertemu dengan Damayanti di sumur yang khusus diperuntukkan bagi anggota keluarga kerajaan. Pertemuan pertama berlanjut dengan kedua dan demikian seterusnya, sehingga Damayanti melahirkan seorang anak perempuan, lau diberi nama Sekar Mekar.

Pada awal tahun 1358, Laksamana Nala datang ke Nansarunai dan menemukan isterinya sedang menimang seorang anak perempuan. Damayanti yang memakai nama samaran Samoni Batu, menerangkan bahwa anak yang ada dipangkuaanya itu adalah anak anak mereka berdua. Dan Laksamana Nala percaya saja akan apa yang telah dikatakan oleh isterinya itu.

Ketika kembali ke Majapahit, Damayanti beserta anaknya dibawa serta,lalu tinggal dipangkalan aramada laut Majapahit di Tuban. Beberapa bulan kemudian, Laksamana Nala secara kebetulan mendengar isterinya bersenandung untuk menidurkan puterinya dimana syair-syairnya menyebutkan bahwa Sekar Mekar mempunyai ayah yang sebenarnya ialah Raja Raden Anyan.

Bulan April 1358, datanglah prajurit-prajurit Majapahit, dibawah pimpinan Laksamana Nala dan Demang Wiraja menyerang Nansarunai. Mereka membakar apa saja termasuk kapal-kapal yang ada di pelabuhan dan rumah-rumah penduduk. Serangan itu mendapat perlawanan gigih prajurit-prajurit Nansarunai walaupun mereka kurang terlatih.

Menurut cerita, Ratu Dara Gangsa Tulen bersembunyi dipelepah kelapa gading bersenjata pisau dari besi kuning, bernama Lading Lansar Kuning. Ia banyak menimbulkan korban pada pihak musuh sebelum ia sendiri gugur. Raja Raden Anyan dalam keadaan terdesak lalu disembunyikan oleh para Patih dan Uria kedalam sebuah sumur tua yang sudah tidak berair lagi. Diatas kepalanya ditutup dengan sembilan buah gong besar, kemudian dirapikan dengan tanah dan rerumputan, agar tidak mudah diketahui musuh.

Ketika keadaan sudah bisa dikuasai oleh pihak Majapahit, Laksamana Nala memerintahkan Demang Wiraja untuk mencari Raden Anyan hidup atau mati. Atas petunjuk prajurit-prajurit suku Kalang yang terkenal mempunyai indera yang tajam, tempat persembunyian Raja Raden Anyan akhirnya dapat ditemukan.

Raja Raden Anyan tewas kena tumbak Laksamana Nala dengan lembing bertangkai panjang. Peristiwa hancurnya Nansarunai dalam perang tahun 1358 itu, terkenal dalam sejarah lisan suku Dayak Maanyan yang mereka sebut Nansarunai Usak Jawa.

Dalam perang itu telah gugur pula seorang nahkoda kapal dagang Nansarunai yang terkenal berani mengarungi lautan luas bernama Jumulaha. Ia banyak bergaul dan bersahabat dengan pelaut-pelaut asal Bugis dan Bajau. Untuk mengenang persahabatan itu, maka puterinya yang lahir ketika ditinggalkan sedang berlayar, diberi nama berbau Bugis yaitu La Isomena.

Prajurit-prajurit Majapahit yang gugur dalam perang tahun 1358 itu, diperabukan berikut persenjattan yang mereka miliki, didekat sungai Tabalong yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Tambak-Wasi. Tambak arti kuburan dan Wasi artinya besi dalam bahasa Maanyan kuno. Sehingga Tambak-Wasi artinya adalah kuburan yang mengandung unsur besi.

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

18 Juli 2018 pukul 22.32

Laksamana Mpu Nala adalah panglima laut Majapahit

Posting Komentar

 
Support : Link | Link
Copyright © 2013. Majapahit Nusantara - All Rights Reserved
Template Created by Blogging Modify by Majapahit Nusantara
Proudly powered by Blogger